PEMASANGAN INFUS
A.
Latar Belakang
Pemasangan
infus merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien
dengan cara memasukkan cairan melalui intra vena (pembuluh balik) melalui
transkutan dengan stilet tajam yang kaku seperti angiokateler atau dengan jarum
yang di sambungkan. Dan yang di maksud dengan pemberian cairan intravena adalah
memasukan cairan atau obat langsung kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah
dan waktu tertentu dengan menggunakan infus
set (potter,2005)
Tindakan
infus biasa diberikan pada klien dengan dehidrasi, sebelum
transfusi darah, pra dan pasca bedah sesuai program pengobatan, serta klien
yang sistem pencernaannya terganggu, serta untuk menggantikan kehilangan cairan
atau zat-zat makanan dari tubuh. Secara umum, keadaan-keadaan yang dapat
memerlukan pemberian cairan infus adalah:
Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
Fraktur (patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur (paha)
(kehilangan cairan tubuh dan komponen darah) Serangan panas (heat stroke)
(kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi) Diare dan demam (mengakibatkan
dehidrasi) Luka bakar luas (kehilangan banyak cairan tubuh) Semua trauma
kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah adalah : Indikasi, kontraindikasi,
serta komplikasi saat pemasangan infus.
Jenis-jenis cairan infus. Prosedur
pemasangan infus.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Indikasi, kontraindikasi, serta
Komplikasi saat Pemasangan Cairan Infus
melalui intra vena
Indikasi Pemasangan Cairan Infus Melalui
Intra vena Pemberian cairan intravena (intravenous fluids). Pemberian nutrisi
parenteral (langsung masuk ke dalam darah) dalam jumlah terbatas. Pemberian
kantong darah dan produk darah. Pemberian obat yang terus-menerus (kontinyu).
Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi
besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena
untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat) Upaya
profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi
(kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps
(tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.
Kontraindikasi Pemasangan cairan
infuse melalui intra vena
Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi
pemasangan infus. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena
lokasi ini akan digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada
tindakan hemodialisis (cuci darah). Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap
pembuluh vena kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di
tungkai dan kaki). Komplikasi pemasangan cairan infuse melalui intra vena
Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh
darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang tepat
saat memasukkan jarum, atau tusukan berulang pada pembuluh darah. Infiltrasi,
yakni masuknya cairan
infus ke dalam jaringan sekitar (bukan
pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus
melewati pembuluh darah. Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh
vena, terjadi akibat
infus yang dipasang tidak
dipantau secara ketat dan benar. Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi
darah, terjadi akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.
B.
Jenis-jenis cairan infus
Adapun jenis-jenis cairan infus yang
biasa digunakan adalah : Cairan hipotonik : osmolaritasnya lebih rendah
dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih
rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi. Misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak). Contohnya : adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi. Misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak). Contohnya : adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
Cairan Isotonik : osmolaritas
(tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus
berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami
hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun).
Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit
gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat
(RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
Cairan hipertonik : osmolaritasnya
lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel
ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan
produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif
dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose
5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.
Kristaloid : bersifat isotonik,
maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah
dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan
segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
Koloid : ukuran molekulnya
(biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar dari membran kapiler, dan tetap berada
dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari
luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.
C.
Prosedur pemasangan infus
Adapun prosedur/cara pemasangan infus yaitu :
Persiapan alat
1. Standar infuse
2. Cairan steril sesuai intruksi
3. Set infuse steril
4. Jarum/wing needle/Abocth dengan
nomor yang sesuai
5. Bidai dan pembalut
6. Tali pengikat
7. Perlak
8. Pengikat pembendung (tourniquet)
9. Kapas alcohol 70%
10. Plaster
11. Gunting
12. Piala ganjal
13. Kassa secukupnya
14. Bethadin 10% dalam tempatnya
Prosedur kerja
1. Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Hubungkan cairan dan infus
set dengan menusukkan kabagian karet atau akses selang kebotol infus
4. Isi cairan kedalam set infus dengan
menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian dan buka klem selang hingga cairan
memenuhi selang dan udara selang keluar
5. Letakkan pengalas dibawah tempat
(vena)yang akan dilakukan penginfusan
6. Lakukan pembendungan dengan
tourniquet (karet pembendung) 10-12 cm diatas tempat penusukkan dan anjurkan
pasien untuk menggenggam dengan gerakan sirkuler (bila sadar)
7. Gunakan sarung tangan steril
8. Desinfeksi daerah yang akan
ditusuk dengan kapas alcohol
9. Lakukan penusukkan vena dengan meletakkan ibu
jari dibagian bawah vena dengan posisi jarum
(abocath) mengarah keatas
10. Perhatikan keluarnya darah
melelui jarum. Apabila saat penusukkan terjadi pengeluaran darah melalui jarum
maka tarik keluar dalam jarum sambil meneruskan tusukan kedalam vena
11. Setelah jarum infus
bagian dalam dilepaskan/dikeluarkan, tahan bagian atas vena dengan menekan
menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar. Kemudian bagian infuse
dihubungkan/disambungkan dengan selang infuse
12. Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan
sasuai dengan dosis yang diberikan
13. Lakukan fiksasi dengan kassa
steril
14. Tuliskan tanggal dan waktu
pemasangan infus serta catat ukuran jarum
15. Lepaskan sarung tangan dan cuci
tangan
16. Catat jenis cairan, letak
infuse, kecepatan aliran, ukuran, dan tipe jarum infuse
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pemasangan infus merupakan tindakan
keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan cara memasukkan cairan melalui
intra vena (pembuluh balik) melalui transkutan dengan stilet tajam yang kaku
seperti angiokateler atau dengan jarum yang di sambungkan. Tindakan infus biasa diberikan pada klien dengan
dehidrasi, sebelum transfusi darah, pra dan pasca bedah sesuai program
pengobatan, serta klien yang sistem pencernaannya terganggu, serta untuk
menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh. Jenis-jenis
cairan infus yang biasa digunakan adalah : cairan hipotonik (
NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%), cairan Isotonik (cairan Ringer-Laktat (RL), dan
normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%)), cairan hipertonik
(Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl
0,9%, produk darah (darah), dan albumin), Kristaloid dan Koloid.
B. Saran
Untuk melengkapi kekurangan makalah ini diharapkan saran dan kritik dari pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
Buku Ketrampilan dan Prosedur Keperawatan Dasar Karya
Husada.
Buku Ketrampilan Dasar Praktik klinik kebidanan Penerbit
Salemba Medika.
www.google.com
Secara umum tindakan ABC
seperti pada tulisan bagian pertama dapat dilakukan pada jenis
kecelakaan apa saja bila memang diperlukan. Tindakan-tindakan khusus menurut
jenis kecelakaan dapat Anda ikuti dalam tulisan berikut. Usahakanlah
tindakan-tindakan dilakukan secara tenang dengan pikiran tenang tindakan dapat
dilakukan secara benar.
Contoh tindakan pada perdarahan:
www.google.com
TINDAKAN YANG TEPAT PADA SAAT YANG TEPAT
Kasus apa saja yang dibahas disini?
- Perdarahan
- Luka bakar/melepuh
- Tersetrum
- Tenggelam
- Patah tulang
A. Perdarahan
Bila terjadi perdarahan di hidung atau mimisan.
- Dudukkan penderita. Bisa juga dalam posisi berdiri (jangan dibaringkan).
- Tundukkan kepala penderita sedikit ke depan taruh kompres dingin di leher bagian belakang.
- Usahakan untuk sering mengganti kompres sehingga bagian belakang leher tetap dingin.
- Kompres panas justru akan memperbanyak perdarahan.
- Biasanya perdarahan akan berhenti setelah 4-5 menit.
Bila perdarahan terjadi pada jari /tangan angkat jari/tangan
tinggi-tinggi.
Bila terjadi perdarahan banyak.
- Yang pertama harus anda lakukan adalah menenangkan penderita agar tidak terlalu banyak bergerak.
- Jangan buang waktu dengan mencari-cari tissue atau kain pembalut.
- Setelah penderita tenang barulah Anda lakukan sbb.:
1. Baringkan
penderita.
Usahakan bagian tubuh yang terluka dalam posisi yang lebih tinggi dari tubuhnya. Dengan demikian aliran darah ke tubuh yang terluka akan mengalir lebih lambat.
Usahakan bagian tubuh yang terluka dalam posisi yang lebih tinggi dari tubuhnya. Dengan demikian aliran darah ke tubuh yang terluka akan mengalir lebih lambat.
2. Bila pada
luka terdapat potongan kaca atau benda lain.
§ Tekan
bagian bawah dan atas luka.
§ Jangan
tekan langsung pada lukanya.
3. Bila
perdarahan berhenti jangan bersihkan darah-darah yang mengering pada permukaan
luka. Darah yang mengering merupakan reaksi alami tubuh untuk mencegah
perdarahan lebih lanjut.
4. Bebat
luka/Tekan luka dengan sepotong kain bersih. Setelah itu segera panggil dokter
atau bawa ke rumah sakit.
Contoh tindakan pada perdarahan:
1. Perdarahan.
2. Tinggikan
anggota yang bersangkutan dan lakukan penekanan setempat (1). Bila perlu
berikan tekanan pada arteri (2)
3. Letakan
gulungan pembalut di bawah balut tekan untuk memberikan tekanan setempat
B. Luka bakar/melepuh
Melepuh terjadi bila sebagian kecil kulit terkena air mendidih atau sesuatu yang panas. Untuk hal ini biasanya pertolongan pertama sudah mencukupi. Pertolongan pertama pada luka bakar yang ringan atau melepuh adalah sbb.:
Melepuh terjadi bila sebagian kecil kulit terkena air mendidih atau sesuatu yang panas. Untuk hal ini biasanya pertolongan pertama sudah mencukupi. Pertolongan pertama pada luka bakar yang ringan atau melepuh adalah sbb.:
1. Dinginkan luka dengan air mengalir selama
kurang lebih 20 menit.
Pendinginan yang konstan dapat menghindari penyebaran panas pada permukaan kulit.
Pendinginan yang konstan dapat menghindari penyebaran panas pada permukaan kulit.
2. Bila
cara di atas tidak memungkinkan, misal Anda dalam perjalanan Anda dapat
menggunakan Brandwundenspray yaitu spray untuk luka bakar yang tersedia di
apotik.
3. Jangan
olesi sembarangan pada luka
Jangan oleskan krem, minyak atau sembarang salep dan jangan pergunakan kapas pada permukaan luka karena dapat menempel
Jangan oleskan krem, minyak atau sembarang salep dan jangan pergunakan kapas pada permukaan luka karena dapat menempel
4. Hindari
infeksi
Untuk menghindari infeksi pada luka bakar Anda dapat mengoleskan salep atau krem khusus: desinfizierende Wundgele salep desinfektan khusus luka bakar. Tersedia di apotik
Untuk menghindari infeksi pada luka bakar Anda dapat mengoleskan salep atau krem khusus: desinfizierende Wundgele salep desinfektan khusus luka bakar. Tersedia di apotik
5. Biarkan
luka terbuka
Bila luka bakar atau kulit yang melepuh kecil usahakan luka tetap terbuka agar mudah kering. Namun hal dilakukan bila memang infeksi relatif kecil terjadi. Bila luka bakar atau melepuh seluas atau lebih luas dari dua kali telapak tangan Anda perlu segera penanganan dokter. Dalam hal ini pertolongan pertama saja tidaklah mencukupi.
Bila luka bakar atau kulit yang melepuh kecil usahakan luka tetap terbuka agar mudah kering. Namun hal dilakukan bila memang infeksi relatif kecil terjadi. Bila luka bakar atau melepuh seluas atau lebih luas dari dua kali telapak tangan Anda perlu segera penanganan dokter. Dalam hal ini pertolongan pertama saja tidaklah mencukupi.
C. Tersetrum
Tersetrum terjadi bila seseorang memegang alat elektronik atau
kabel listrik yang rusak, bila sudah terjadi begitu otot-otot tangan tidak bisa
lagi melepas benda yang menyebabkan penderita tersetrum. Bila Anda memegang
penderita tanpa sebelumnya mematikan aliran listrik maka Anda akan terkena
strum. Tindakan apa yang dapat Anda lakukan?
1. Segera
matikan aliran listrik. Cabut steker. Atau matikan sikring pusat.
2. Jauhkan
penderita dari sumber listrik. Untuk dapat memegang penderita tanpa kesetrum
anda memerlukan benda yang tidak bisa mengantarkan listrik. Gunakan misalnya,
sarung tangan karet yang kering (air juga dapat mengantarkan listrik !!), atau
tongkat sapu. (lihat gbr disamping).
4. Bila
penderita masih bernapas dengan normal baringkan dengan posisi sisi mantap . Yaitu miringkan
penderita ke sisi kanan, tangan kiri penderita letakkan di pipi kanan.Hal ini
dilakukan supaya penderita bisa bernapas spontan (tidak tertutup oleh lidah ).
5. Hubungi
segera dokter atau ambulans
6. Letakkan
kain atau pakaian yang kering dan tidak berbulu pada permukaan luka.
D. Tenggelam
Bagi anak kecil atau bayi sudah dapat dikatakan tenggelam bila
seluruh mukanya tenggelam dalam genangan air yang tidak terlalu dalam, misalnya
kolam di kebun. Bila air dalam jumlah banyak tertelan penderita terancam
bahaya, Anda dapat melakukan pertolongan pertama sbb.:
1. Angkat
kepala atau tubuh penderita dari air, sehingga air dapat keluar dari saluran
pernafasan.
2. Bila
diperlukan lakukan pernapasn mulut. Walaupun penderita sudah tidak bernapas
dalam waktu yang agak lama pernapasan mulut dapat kembali menormalkan
pernapasan.
3. Bila
pernapasan sudah kembali normal dudukkan penderita
4. Hubungi
segera dokter atau ambulans.
E. Patah tulang
Patah tulang terdiri dari dua jenis, yaitu patah tulang terbuka
dan petah tulang tertutup. Yang dimaksud patah tulang terbuka ialah patah
tulang disertai luka pada permukaan kulit. Sedangkan yang dimaksud patah tulang
tertutup adalah patah tulang tanpa disertai luka.
Jatuh dari pohon atau tempat tinggi (misal sehabis meloncat)
biasanya hanya menyebabkan patah tulang tertutup.
Anda dapat membedakan antara patah tulang dan keseleo biasa antara
lain dengan tanda-tanda sbb:
Biasanya pada patah tulang terdapat:
- Rasa sakit yang amat sangat
- Bagian tubuh yang bersangkutan tidak bisa digerakkan
- Rasa sakit yang amat sangat
- Bagian tubuh yang bersangkutan tidak bisa digerakkan
Untuk penanganan lebih lanjut segera panggil dokter atau ambulans,
usahakan penderita jangan bergerak sedikitpun. Jangan beri minum atau makan
bagi penderita, siapa tahu diperlukan penangan operasi yang membutuhkan bius
total.
Penanganan medis terlebih lagi sangat urgen bila saat jatuh diawali dengan posisi kepala dibawah.
Penanganan medis terlebih lagi sangat urgen bila saat jatuh diawali dengan posisi kepala dibawah.
Walaupun penderita tidak merasa sakit perhatikan gejala-gejala
yang terjadi setelah jatuh. Misalnya muntah, sakit kepala, keluar darah atau
cairan dari hidung atau telinga, sesak napas dan tanda-tanda terhambatnya
gerakan tubuh. Bila anda menemukan salah satu diantara gejala diatas segera
hubungi dokter atau ambulans.
PERAWATAN LUKA
I.
PENDAHULUAN
Kulit berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap bahaya
lingkungan. Kulit melindungi tubuh dari kerusakan akibat mekanik, iradiasi,
efek termal, kimia, dan masuknya mikroorganisme. Adanya luka menimbulkan
hilangnya fungsi perlindungan oleh kulit. Bakteri dapat masuk ke jaringan yang
lebih dalam dan menimbulkan perlawanan tubuh serta menimbulkan resiko infeksi.
Banyak luka kecil yang sembuh tanpa perhatian dari pemberi
pelayanan kesehatan, jika orang yang luka memiliki bahan-bahan dasar yang
diperlukan untuk penyembuhan seperti suplai darah cukup, sistem kekebalan utuh,
status nutrisi baik. Tetapi seseorang dengan luka besar atau lebar atau luka
yang disengaja khususnya insisi operasi memerlukan pengawasan dan perawatan
untuk terjadinya penyembuhan yang optimal.
Luka adalah rusaknya kontinuitas dari jaringan tubuh. Ada beberapa istilah yang
digunakan untuk menjelaskan luka. Luka dimana tidak terjadi kerusakan pada
permukaaan kulit disebut luka tertutup. Dan luka dimana terjadi kerusakan pada
kulit atau membran mukosa disebut luka terbuka. Luka intensional disebabkan
secara sengaja, seperti pada operasi atau pada waktu memasukkan infus
intravena. Luka yang tidak intensional juga disebut luka kecelakaan, terjadi
karena kecelakaan seperti robeknya kulit karena jatuh dari sepeda.
II.
JENIS LUKA
Luka dibagi menurut cara mereka didapat dan luas kulit
yang terkena. Sistem klasifikasi ini meliputi 6 tipe luka :
1. Luka Insisi/Luka Iris
Dibuat
secara sengaja atau tidak sengaja oleh alat yang tajam, seperti pisau atau
pisau bedah.
2. Luka Kontusio
Kontusio
adalah luka yang tidak disengaja.Terjadi sebagai hasil dari benturan benda yang tumpul; kulit tetap utuh tetapi jaringan
di bawahnya dan pembuluh darah rusak. Pada luka tertutup, kulit kelihatan memar.
3. Luka Abrasi
Terjadi oleh geseran atau garukan pada kulit, secara tidak sengaja,
seperti ketika seorang anak terjatuh pada lututnya terjadi goresan, atau secara
disengaja ketika ahli bedah plastik menghilangkan jaringan parut melalui teknik
pembedahan abrasi dermis.
4. Punktur atau Luka Tusuk
Dibuat oleh benda yang tajam yang memasuki kulit dan jaringan di
bawahnya. Luka punktur yang disengaja dibuat oleh jarum pada saat injeksi;
punktur yang tidak disengaja terjadi bila paku menusuk alas kaki bila paku tersebut
terinjak.
5. Luka Laserasi
Terjadi bila kulit tersobek secara kasar. Ini terjadi secara tidak
disengaja, biasanya disebabkan oleh kecelakaan.
6. Luka Penetrasi
Terjadi bila benda yang terdorong masuk ke kulit atau membran mukosa.
Merupakan luka yang tidak disengaja. Benda yang masuk seperti pecahan metal
atau peluru, berada dalam jaringan di bawah kulit; projektil meninggalkan suatu
saluran melewati jaringan yang dapat tertutup secara lengkap.
III.
PENYEMBUHAN
LUKA
Proses regenerasi penyembuhan luka menggambarkan 3
fase, yaitu :
1.
Fase Inflamasi
Fase Inflamasi terlihat
selama beberapa hari pertama setelah cedera.
2.
Fase Proliferasi
Fase Proliferasi
dimulai pada 4 – 5 hari setelah cedera dan selesai dalam waktu dua minggu.
3.
Fase Maturasi
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang
terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai
dengan gaya
gravitasi dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini
dapat berlangsung berbulan-bulan sesuai jenis luka.
IV.
PENYEMBUHAN YANG TERHAMBAT
Jika ada
satu atau lebih faktor resiko, luka dapat tidak sembuh dalam periode waktu yang
biasanya. Kondisi ini disebut penyembuhan luka yang terhambat.
Faktor- faktor yang mengkontribusi terhambatnya perawatan
luka :
1.
Menurunnya sirkulasi
kebagian tubuh yang disebabkan oleh usia atau patologis (seperti pada
Diabetes).
2.
Perubahan status
nutrisi, khususnya kekurangan protein, zat besi, atau vitamin C. Ini dapat
terjadi pada orang tua, pengguna obat-obatan dan alkohol yang kronik, atau
orang yang sembuh dari penyakit kronik seperti kanker.
3.
Terapi Farmakologi (obat-obatan)
yang dapat mempengaruhi atau merubah respon inflamasi atau meningkatkan waktu
koagolasi (pembekuan) darah.
4.
Merokok, yang secara
langsung berdampak pada suplai oksigen perifer ke jaringan melalui perubahan
status pernafasan dan konstriksi vaskuler.
5.
Obesitas (kegemukan),
dimana jaringan lemak memiliki oksigen dan zat gizi sedikit karena vaskular
yang lebih sedikit.
6.
Tekanan pada luka yang
disebabkan oleh keadaan fisik seperti penarikan jahitan atau balutan yang
ketat, respon hormonal terhadap nyeri yang lama atau yang tidak hilang, atau
faktor fisiologis seperti ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
7.
Komplikasi luka seperti perdarahan, infeksi, dehiscence atau eviserasi.
V.
KOMPLIKASI LUKA
Komplikasi luka terjadi jika
keadaan fisiologis atau mekanis yang tidak diharapkan menghambat penyembuhan. Dua komplikasi yang
paling umum adalah perdarahan yang berlebihan dan infeksi.
A. Perdarahahan Yang Berlebihan
Perdarahan yang sedikit dapat terjadi
pada setiap luka, tetapi ini diperiksa melalui hemostasis, pembekuan darah yang
terjadi melalui proses koagulasi fisiologis atau tekanan mekanis pada luka.
Perdarahan yang berlebihan adalah perdarahan yang lama, tidak dapat dihentikan.
Perdarahan terjadi jika beberapa
pembuluh darah pembawa darah ke seluruh tubuh – arteri, vena atau kapiler –
putus atau pecah. Dapat tejadi pada pembuluh-pembuluh darah sebelah luar yang
terlihat atau bagian dalam yang tidak terlihat. Darah dari pembuluh arteri
berwarna merah terang dan menyembur, sedangkan darah dari pembuluh vena
berwarna lebih gelap dan menitik. Darah dari pembuluh kapiler berwarna merah
sedang dan keluarnya merembes.
Perdarahan yang serius selalu
membahayakan sebab jika terlalu banyak darah keluar dari sistem peredaran
darah, sisanya tidak cukup untuk mensuplai oksigen ke seluruh tubuh, berakibat
shok dan akhirnya kematian.
Yang harus dilakukan :
1.
Tinggikan daerah luka. Tekan langsung dengan telapak tangan menggunakan pembalut/perban atau bantalan
yang bersih. Jika tidak ada pembalut gunakan tangan anda, mungkin diperlukan
lebih dari 15 menit untuk menekannya.
2.
Jika lukanya besar, tekanlah kuat dan hati-hati. Tekan terus seperti
pada langkah 1 di atas.
3.
Angkat dan tinggikan bagian luka hingga berada lebih tinggi dari jantung
korban (dada) tidakan ini memperlambat mengalirnya darah ke bagian luka;
disebut tindakan elevasi.
4.
Baringkan korban, untuk mengurangi derasnya keluarnya darah.
5.
Tutuplah luka dengan pembalut
bersih dan cukup lebar melebihi tepi luka, balut dengan verban; ikat di
atas bantalan pembalut.
6.
Jika tak ada pembalut, gunakanlah sepotong kain bersih, tipis dan tidak
berbulu.
7.
Jika darah terlihat mulai menembus pembalut, beri lagi di atasnya lalu
balutlah.
8.
Amati tanda-tanda terjadinya shok dan rawatlah.
B. Infeksi Pada Luka
Infeksi luka terjadi melalui
kontaminasi ke jaringan. Meskipun dapat disembuhkan dengan terapi antibiotika,
infeksi menghambat proses penyembuhan dan memperpanjang penyembuhan klien dari cedera.
VI.
PERAWATAN LUKA
Prinsip Perawatan Luka
1.
Perawatan luka dapat dilakukan secara terbuka dan tertutup. Perawatan
luka terbuka diutamakan pada luka yang sederhana dan dangkal.
Perawatan luka tertutup bertujuan untuk :
a.
Menjaga luka dari trauma.
b.
Mengimobilisasi daerah luka.
c.
Mencegah perdarahan.
d.
Mencegah kontaminasi oleh kuman.
e.
Mengabsorbsi drainase.
f.
Meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis.
g.
Debridemen sel nekrotik.
2.
Indikasi mengganti balutan :
a. Balutan kotor atau basah akibat
eksternal
b. Ada rembesan eksudat.
c. Ingin mengkaji keadaan luka.
d. Dengan frekuensi tertentu,
untuk mempercepat debridemen (pengangkatan) jaringan nekrotik.
3. Indikasi balutan kering atau
basah :
a. Balutan basah digunakan untuk
luka yang basah atau banyak drainase.
b. Luka kering atau drainase
minimal digunakan balutan kering.
4.
Membersihkan luka :
a. Luka kering cukup diusap
dengan larutan antiseptik.
b. Luka berwarna
kekuningan/terinfeksi dibersihkan dengan pencucian sampai pus (nanah) terangkat.
c. Luka berwarna hitam (nekrotik)
harus dinekrotomi secara mekanik atau kimia.
VII. PERAWATAN LUKA
A. Alat dan Bahan
Alat :
1.
Bak instrumen steril berisi :
-Pinset anatomis.
-Pinset chirurgis.
-Sarung tangan.
-Gunting jaringan.
2.
Gunting perban.
3.
Plester.
4.
Mangkok kecil.
5.
Bengkok/Nierbeken.
6.
Perlak/handuk.
7.
Tempat sampah.
Bahan :
1.
Larutan NaCl.
2.
Betadine/Rivanol.
3.
Alkohol 70 %
4.
Salep antiseptik.
5.
Perban.
6.
Kasa steril.
B. Prosedur kerja
1.
Jelaskan prosedur kepada pasien.
2.
Cuci tangan dengan sabun.
3.
Siapkan peralatan dan dekatkan dengan pasien.
4. Letakkan pasien senyaman
mungkin di tempat tidur atau di kursi.
5. Tutup ruangan dengan tirai.
6.
Angkat atau lepaskan perekat
plester dengan kapas alkohol.
7. Pasang perlak/handuk di bawah
luka yang akan diganti balutan.
8. Pakai sarung tangan untuk
memulai mengganti balutan, angkat balutan dengan memakai pinset anatomis dan
letakkan balutan di tempat sampah, perhatikan keadaan luka.
9.
Buka balutan steril, tempatkan dalam bak instruman, buka larutan
antiseptik (Betadine, Rivanol) dan tuangkan ke dalam kom kecil.
10.
Bersihkan luka dengan memakai pinset chirurgis, luka dibersihkan dengan kasa
yang dibasahi antiseptik dari dalam ke luar secara sirkuler, ulangi sampai
bersih. Jika terlalu kotor, cuci dengan NaCl 0,9 % disiram secara perlahan
sampai bersih dan air siraman ditampung dalam bengkok/nierbeken.
11.
Gunakan kasa terpisah untuk setiap usapan dalam membersihkan, gunakan
kasa baru untuk mengeringkan luka.
12.
Berikan salep antiseptik atau kompres dengan antiseptik (Betadine,
Rivanol, NaCl 0,9 %). Hindari kasa yang
terlalu basah.
13.
Balut atau tutup semua area luka sampai permukaannya tertutup.
14.
Buka sarung tangan.
15.
Balutan diplester dan alat-alat dirapikan.
16. Cuci tangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar